Pengalaman Operasi Gigi Bungsu




Tahun 2015 lalu, saya memberanikan diri untuk melakukan operasi gigi bungsu. Gigi bungsu saya muncul pada Desember 2013. Sebelum gigi bungsunya muncul, saya lebih dulu merasakan gejala-gejala aneh beberapa bulan sebelumnya.

Semenjak Agustus 2013, saya mendengar bunyi kruk-kruk-kruk dan kadang deburan ombak di telinga kiri saya. Waktu itu saya pikir saya butuh vitamin sea, jadi tanpa diambil pusing saya biarkan saja meskipun suara itu saya dengar seharian bahkan sampai tidur dan itu terjadi sampai bulan Desember. Kemudian sariawan sering muncul di barisan gusi paling belakang, saya saat itu berpikir munculnya sariawan adalah karena saya makan satu kilo keripik singkong dalam sehari. Jadi lagi-lagi saya tidak ambil pusing.

Keanehan mulai saya rasakan ketika bunyi-bunyian itu hilang dan sariawannya sembuh. Setiap kali makan, selalu ada nasi atau daging yang terselip di gusi belakang. Saat itu barulah saya mengecek dengan cara melihat rongga mulut saya dengan menggunakan senter. Saya kaget luar biasa ketika ternyata di ujung gusi kanan dan kiri terdapat gumpalan putih tapi halus tidak bergerigi seperti gigi geraham pada umumnya. Saya sempat berpikir mungkin itu adalah tulang rahang yang mencuat keluar. What?



Disertai sedikit kepanikan, saya mencoba mencari tahu benda apa yang tiba-tiba muncul di mulut saya itu. Dan ternyata setelah beberapa kali menggunakan keyword, muncullah salah satu artikel tentang gigi bungsu alias wise teeth. Menurut beberapa artikel, gigi bungsu ini biasanya muncul di usia 18-22 tahun, tapi saat itu gigi itu justru muncul ketika usia saya 23 tahun dan munculnya bersamaan. Kok bersamaan? Jadi ceritanya tidak lama setelah itu saya pergi ke dokter dan dokter menyarankan untuk melakukan panoramic scan.

Hasil panoramic scan lebih mengejutkan saya, ternyata yang muncul itu bukan dua gigi bungsu di rahang bawah, tapi empat gigi bungsu karena yang rahang atas juga muncul. Lemas deh! Saya mulai searching pengalaman orang-orang yang pernah operasi gigi bungsu, rata-rata mereka hanya bercerita tentang satu atau dua gigi, ada juga sih yang menceritakan munculnya empat gigi dan keempatnya harus dioperasi.

Biaya operasi gigi bungsu saya itu sekitar 10 jutaan untuk seluruh gigi, karena sayang uang dan sayanya juga belum berani (saat itu), jadi saya mendaftar BPJS kesehatan dulu biar biaya operasinya lebih ringan. Setelah BPJS selesai ternyata saya harus pilih tanggal yang cocok karena sebelum operasi saya perlu menginap dulu di rumah sakit dan dirawat juga sehari setelah operasi. Saat itu saya sedang kuliah S2 di hari kamis dan jumat dan hari itu bertepatan sekali dengan jadwal operasi gigi. Saya ini malas bolos kuliah jadi dipending sampai satu tahun.

September 2015, operasinya dimulai. Hari Kamis saya pergi ke faskes tingkat satu dan mendapatkan surat rekomendasi untuk operasi di faskes tingkat dua. Hari senin saya ke faskes tingkat dua dan langsung dijadwalkan hari kamisnya untuk operasi. Hari itu saya langsung pengambilan sampel darah, rontgen thorax dan mengurus untuk rawat inap. Di hari rabu siang saya ditelepon untuk segera datang ke rumah sakit karena kamarnya sudah tersedia, sorenya saya berangkat.

Besok paginya (kamis), jam 11 siang saya masuk ruang operasi dan baru keluar sekitar jam 2 siang. Saya lumayan lama ada di dalam ruang operasi karena setelah dibius total ternyata saya butuh waktu yang agak lama untuk bangun. Pasien lain yang sama-sama operasi gigi bungsu dan dia dioperasi setelah saya ternyata sudah bangun dari jam 1 siang.

Ketika bangun yang saya lakukan adalah menekuk lutut karena lutut saya terasa sakit sekali saking lamanya diluruskan. Kemudian saya kentut, saya meyakini saya kentut dalam jumlah besar karena keluar dengan jumlah banyak dan lama, dan biasanya baunya seruangan, tapi saat itu saya ga sempet cium-cium udara di sekeliling karena saya dikasih selang oksigen. Segera setelah saya bangun, selang oksigen dicabut dan saya mencoba untuk sadar meskipun sulit.

Setelah itu saya dipindahkan ke ruang rawat inap dan melanjutkan tidur sampai jam 8 malam. Saya bangun tapi hanya beberapa menit dan beberapa kali minta makan karena lapar, tapi susternya bilang saya harus kentut dulu. Entah kenapa saat itu saya lupa kalau pas bangun operasi itu saya sudah kentut banyak banget, jadi saya harus nunggu 10 jam setelah operasi untuk boleh makan.

Saya ini tidak peduli sesakit apapun, namanya makan harus terus jalan. Jadi setelah makan bubur yang disediakan rumah sakit, saya masih pengen makan dan akhirnya dibeliin bubur lagi dari luar. Setelah makan, saya tidur lagi sampai pagi. Besoknya saya boleh pulang. Dan seninnya ketika jadwal jahitan dibuka, saya sudah boleh dibuka dan pulang. Dokter ngasih obat penghilang rasa sakit tapi obat itu ga diminum sama sekali karena memang ga sakit. Padahal kalau dari cerita orang-orang yang namanya gigi bungsu setelah dioperasi itu sakit banget bahkan ga bisa dipake buat makan selama sebulan penuh. Well, itu mitos, semuanya kembali lagi ke pribadi masing-masing, apakah kamu orang yang menyayangi sakit atau menyayangi sembuh?

Dokter menyarankan untuk gak makan makanan keras untuk beberapa waktu dan saya nurut. Kalo makan keripik engga di bagian rahang yang baru dioperasi, hehehe. Nah, sekarang ini udah 2 tahunan semenjak kejadian dan ga ada hal buruk yang kerasa. Saya juga merencanakan untuk segera operasi 2 gigi lagi tahun ini, doakan yaaa.... Nanti ceritanya akan saya share lagi deh.

Comments