Rasa Bohong

***Ketika kamu bohong
Ketika kamu bohong, aku bukan tidak percaya padamu lagi, bukan. Aku bukan ingin membalas kebohonganmu dengan kebohongan lain. Aku juga bukan kecewa setengah mati, bukan. Ketika kamu bohong, aku tidak tahu, karena kamu yang kukenal adalah yang tidak pernah berbohong, yang tidak akan mungkin membohongiku, juga yang tidak akan pernah mungkin berbohong dan membohongiku. Ketika kamu berbohong, aku akan percaya.
***Ketika aku tahu kamu bohong
Kemudian aku kecewa, sangat manusiawi untukku kecewa. Setelah kecewa, perasaan ingin memukul wajahmu sampai rusak muncul, menyiksamu sampai mati menjadi ide brilian yang paling cepat muncul di kepalaku dan meninggalkanmu sesegera mungkin adalah setelahnya. Aku akan kehilangan arah. Ingatan tentang yang pernah kita lalui bersama menjadi bingkai semu, muncul pertanyaan di benakku apakah yang telah kita lalui adalah bohong juga? Kamu jawab tidak, tapi kamu pernah berbohong, jadi sulit untukku percaya. Benar saja, satu kebohongan membuat ribuan kejujuran jadi abu. Kamu sudah melakukannya. Seperti gelas yang pecah, kecewaku tidak bisa sembuh.
***Kemudian kamu minta maaf karena sudah bohong
Mungkin mudah mengucapkan maaf atas segala kebohonganku, seolah itu adalah tombol kembali yang akan mengembalikan kita ke awal segalanya, merubah keputusan untuk berbohong menjadi jujur. Kamu tahu tidak ada yang berubah, besok pagi kita bangun, kita makan, kita hidup seperti kemarin, tapi perasaanku tidak begitu, perasaanku berhenti di detik itu. Perasaanku tetap diam di tempatnya, tidak bisa bergeser. Aku berkata dalam hatiku kamu begitu tega.
***Setelah segala kebohongan itu



Aku tidak bisa memikirkan hal lain selain membencimu.

Comments