Problematika Ikan

Sewaktu S1, dosen itu berkata: “kalian gali lubang di tanah ini. Kedalamannya 50 senti. Gali dari sini. Sekarang!!!”
Kemudian aku yang mahasiswa sambil menggali itu terus bertanya, “sampai sini Pak?”
“Terus! Kalau saya bilang terus gali ya terus gali. Itu miring! Lurusin galian kamu. Paham ga sih kamu caranya menggali?”
Dan aku yang mahasiswa itu terus menggali sampai batas yang menurut dosen itu pas. Setelah selesai menggali, aku melihat ke arah galian itu. Eh ternyata kita sedang membuat kolam ikan. Kenapa sih gak bilang dari awal?
Di S2, dosen itu akan bilang: “tugas kalian adalah membuat kolam ikan untuk ikan gurame. Ayo buat!”
Kemudian aku yang mahasiswa akan mencari tahu cara terbaik untuk menggali, berapa banyak tanah yang harus aku gali dan seberapa luas ukuran si kolam ikan itu. Aku memperhitungkan segalanya.
Di akhir, setelah kolam ikanku jadi. Eh, ternyata kolamku terlalu luas untuk ikan gurame, aku membuat akuarium untuk paus. Temanku yang lain ada yang membuat kolam ikan untuk ikan cupang. Halah! Kenapa gak bilang dari awal kalau guramenya adalah gurame umur 2 minggu?
Saat S3, dosen itu akan ngomong: “Kalian saya tugaskan punya 200 kg ikan gurame dalam waktu 3 bulan. Kalian pikirkan bagaimana caranya.”
Lalu aku yang jadi mahasiswa itu akan konsultasi dengan banyak narasumber, ada tukang jualan ikan di pasar, petambak gurame, pembudidaya gurame sampai menteri kelautan. Aku meneliti dari bibit ikan sampai pakannya.
Di 3 bulan waktu yang ditentukan, aku dapat 200 kg ikan gurame. Ternyata, ikan guramenya harus sudah dalam bentuk siap makan, plus nasi, lalab, sambal, tahu dan tempenya. Ya ampun, kenapa gak bilang dari awal kalau kita ini mau bikin warung nasi sunda sih?
Ketika mau dapat gelar profesor, aku bercerita bagaimana asyiknya punya warung nasi sunda. Eh, mahasiswa S1 bilang: “apa hubungannya ini sama jurusan peternakan ikan coba? Profesor aneh, malah ngurusin rumah makan!”
Halah-dalah! Memang gila!


Comments