Pregnancy is nothing
like you think.
Saya tidak pernah menyangka hamil akan sesulit ini. Saya
membaca banyak buku tentang kehamilan, belajar dari penjelasan guru dan dosen
saat di kelas, kemudian belajar dari melihat pengalaman teman-teman yang sudah
lebih dulu hamil, saya jujur saja sedikit menyombongkan diri bahwa saya akan
mampu melewati kehamilan dengan baik. Yeah,
me and my big mouth. Kenyataannya, 3 bulan mengalami mual saja sudah
mematahkan keinginan saya untuk makan, makan bukan lagi sesuatu yang saya
inginkan tetapi jadi kewajiban menyebalkan yang harus saya penuhi. Yes, my baby needs foods and the one who
responsible to that job is me! Acara makan menjadi keharusan dan saya tidak
lagi menikmati makanan seperti sebelumnya.
Saya juga dulu sempat berpikir mual-mual kehamilan itu
sesuatu yang mudah, bisa deh diakalin bagaimanapun caranya, bisa diatasi dengan
trik-trik cerdas saya. Ternyata salah satu siptom kehamilan nih ya, sebut saja
mual, mual kehamilan atau yang disebut morning
sickness ini tidak hanya terjadi pagi hari, bahkan untuk saya seharian
penuh non stop. Beberapa hari mual saya mencoba mencari pola, ternyata dalam
mual tidak ada pola, random aja datangnya mual ini sampai semangat untuk makan
saya benar-benar patah.
Nah sengaja nih saya menuliskan perubahan-perubahan dalam
kehamilan yang saya alami. Ini beberapa rangkuman saya tentang bagaimana sih
tentang kehamilan yang sebenarnya, soalnya beberapa wanita enggan cerita
tentang hal ini karena takut bikin parno. Tapi hal itu gak berlaku buat
perempuan kayak saya, saya perlu tahu semuanya, saya pengen tau semuanya jadi
saya bisa memulai persiapan ketegaran.
Gambaran mengenai
mual terhadap makanan
Sebelum hamil, suami saya sering bertanya pada saya, “kenapa
kamu makan makanan itu?” Saya menikmati makanan bukan karena saya lapar saja,
tapi karena sensasi makanan itu ketika saya mengunyahnya. Contohnya makanan
ringan dari rumput laut itu tuh, harganya mahal, gak bikin kenyang, rasanya
juga agak anyir-anyir, tapi kenapa saya masih aja mau makan? Karena saya
menemukan kepuasan saat gigi dan lidah saya mengunyah rumput laut kering itu.
Kenapa saya lebih suka makan French fries
dibandingkan dengan kentang lokal, padahal dari segi besar lebih besar kentang
lokal, rasanya juga lebih kuat kentang lokal dibandingkan French fries, tapi kenapa? Ya karena saya menikmati sensasi makan French fries itu. Juga kenapa saya lebih
suka ayam KFC dibandingkan ayam penyet, ya karena dari segi rasa dan tekstur
saya lebih menikmati ayam KFC. Lalu ketika saya hamil, kenikmatan saya untuk
merasakan sensasi makanan itu hilang. Setiap kali saya memikirkan makanan, saya
mual sampai muntah-muntah. Pernah beberapa kali saya paksakan memikirkan
makanan dan saya betul-betul muntah seperti makanan yang saya pikirkan itu ada
di depan saya. Pregnancy is a real unique
thing.
Rasa mual terhadap makanan ini bukan hanya pada satu jenis
makanan, tapi pada semua jenis makanan. Semua makanan pasti bikin saya mual.
Makanan yang baru selesai dimasak, makanan yang masih panas, makanan dengan
bumbu-bumbu, mual luar biasa. Padahal ketika hamil ini saya sempet berpikir
untuk minta makan di Mujigae ke suami, ternyata jangankan makan di Mujigae,
bisa masukin segigit roti ke lambung tanpa bikin mual dan muntah aja saya udah
sujud syukur.
Gambaran mengenai
mual kehamilan yang sebenar-benarnya
Sebagai gambaran saja, mual ketika kehamilan ini berbeda
jauh dengan mual perjalanan yang biasa dirasakan ketika naik kendaraan. Mual
ketika berkendara akan berakhir kalau si kendaraan berhenti beberapa menit,
mualnya juga berhenti ketika kita tidur dan tidak mudah muncul setelah kita
tidur. Mual ketika berkendara juga bisa dikurangi dengan meminum obat anti
mabuk perjalanan atau obat masuk angina instan sebelum bepergian. Pokoknya mual
ketika berkendara ini kadarnya Cuma 2% dari kadar mual kehamilan yang
sebenar-benarnya. Di dunia ini hanya 10% ibu hamil yang beruntung tidak
mengalami mual, sisanya harus mengalami mual dengan ikhlas, sabar dan tawakal.
Nah, mual ketika hamil muncul ketika pertama kali kamu
membuka mata di pagi hari, semua hal membuat mual semakin menjadi. Dimulai dari
lantai kamar mandi yang becek, bau kamar mandi, bau keringat sendiri, bau mulut
pasangan, bau makanan sisa tadi malam, bau tumpukan cucian baju dan piring
kotor, bau sisa minyak di kompor, bau bawang di dapur, bau bungkus bumbu mie,
dan bahkan kalau bisa disebut satu persatu hampir semua benda di rumah bisa
memicu mual semakin parah.
Lalu mual ini akan membuat kita berpikir bahwa duduk dulu
sebentar biar mualnya agak ilang akan membuat mualnya ilang dan ternyata GAK
ILANG-ILANG JUGA. Atau kita berpikir, coba minum teh anget dulu biar perutnya
agak enakan dan ternyata GAK MEMBANTU JUGA. Lalu kita dibuat untuk berpikir,
makan dulu deh sedikit biar perutnya enakan dan ternyata yang terjadi kemudian
adalah MUNTAH. Nah, setelah muntah itu barulah segalanya terasa lebih baik.
Kita mulai bisa makan dan minum, terus makan minum, makan minum sampai kemudian
eh ternyata makannya kebanyakan dan yang terjadi kemudian adalah MUNTAH LAGI.
Sesaat kita akan berpikir untuk mencari shortcut atau jalan pintas untuk meng-skip rasa mual. Kita akan mulai dengan obat herbal penghilang mual
dan muncullah di pencarian berbagai ramuan untuk menghilangkan mual kemudian
satu persatu dicoba dan tidak ada yang benar-benar berhasil menghilangkan mual
kehamilan. Lalu selanjutnya akan muncul seorang teman yang bilang bahwa susu
hamil akan mengurangi mual dan kita tertarik dong untuk mencobanya. Mulai dari
satu merek ke merek lain dicoba satu persatu, bagi yang beruntung maka akan
segera menemukan susu kehamilan mana yang cocok. Nah bagi yang tidak beruntung,
susu kehamilan ini justru tidak berpengaruh banyak terhadap mual yang
dirasakan. Kalau kamu sedang mencari jalan keluar dari mual kehamilan, saya
disini akan menjelaskan bahwa tidak ada jalan keluar dari mual kehamilan ini.
Yang saya lakukan adalah dihadapi saja dengan gagah berani, kadang kalau saya
sudah merasa ingin menyerah, saya berserah kepada Allah SWT saja. Memohon
kemudahan dalam kehamilan ini, memohon ampunan atas dosa-dosa kita kepada Ibu
kita yang disengaja maupun tidak disengaja.
Tidak ada obat yang benar-benar berguna untuk menghilangkan
mual dalam kehamilan. Semua mual ini adalah usaha tubuh kita untuk menafkahi
anak dalam Rahim kita, jadi ya sabar aja, moms.
Mood swing
Hanya karena kita sedang hamil dan tidak mengalami menstruasi
sampai 9 bulan ke depan, bukan berarti kita bebas dari perubahan suasana hati
alias mood swing. Mood swing ketika
hamil betul-betul sesuatu. Rasanya seperti setiap hari kita menstruasi. Bayangin
aja, belum selesai soal mual, muntah, perubahan tubuh, eh ditambah perubahan
suasana hati. Beberapa kali suami saya menemukan saya nangis sehabis sholat,
ketika ditanya kenapa saya nangis, saya jawab saya sedang membayangkan
perasaannya Siti Maryam ketika hamil dan mau melahirkan Nabi Isa dalam
pengasingan, betapa sedihnya jadi Siti Maryam, hamil tanpa keberadaan suami dan
melahirkan tanpa ada yang menemani. Saat itu suami saya Cuma meluk saya terus
bilang “istighfar”, mungkin dia sendiri bingung kenapa sampe harus nangis
sehebat itu Cuma karena ngebayangin kehidupan Siti Maryam? Hehehe.
Kemudian di hari lain saya nangis karena nyeritain kisah
masa kecil saya yang padahal gak sedih-sedih amat, tapi saya nangis sampe
sesegukan. Lain hari lagi saya menangis karena suami bilang saya jangan
deket-deket sama kucing peliharan saya di rumah orangtua karena sekarang sedang
hamil dan takut kena virus tokso. Saya paham maksud suami itu baik, tapi entah
kenapa ketika suami bilang itu rasanya saya diharuskan melepaskan sesuatu yang
berharga buat saya dan saya gak tega akhirnya nangis. Lagi-lagi suami bilang,
“istighfar”.
Ngidam
Kalo denger pengalaman orang lain yang ngidam sesuatu dan
pengen hal itu dikabulin detik itu juga, rasanya saya gak mengalami apa yang
disebut ngidam itu. Ada sih beberapa makanan yang pengen saya makan, tapi saya
lebih sabar, kadang bahkan sengaja saya skip dan gak jadi kepikiran atau
gimana. Makanan yang saya mau juga normal banget, makanan yang biasa saya makan
dan gak sulit untuk didapatkan. Saya mempelajari banget makanan kesukaan suami
dan kesukaan saya, selama hamil saya justru menghindari makanan kesukaan saya,
tapi saya ngeuh sih kan ini anak perpaduan saya dan suami, kalo gak suka sama
makanan kesukaan saya mungkin aja dia suka makanan kesukaan suami. Eh ternyata
bener, suami saya itu suka jajan dan saya jadi suka jajan, suka makan gorengan
di warung, makanan pinggir jalan dan sebagainya. Ya selama masih wajar masih
saya penuhi, selain dari itu kayak tiba-tiba pengen basreng ya saya ogahin nih
keinginan si baby. Saya masih dengan keinginan saya, pengen makan di Mujigae.
Tapi karena suami juga kurang suka, mungkin baby juga gak mau nge-acc keinginan
Ibunya.
Selama hamil karena saya menghindari hampir semua jenis
makanan dan gak makan apapun kecuali buah, roti dan sayur, ada suatu saat
ketika saya tidur siang kemudian bangun dan kepikiran pengen makan sesuatu yang
anyir-anyir. Salah satunya saya pernah mimpi makan ikan tongkol goreng tepung
bikinan Ibu saya dan ketika bangun saya pengen banget makan itu, tapi setelah
agak lama langsung mual karena ngebayangin betapa anyirnya itu ikan tongkol di
lidah saya. Di lain hari saya mimpi makan soto ayam dan beberapa menit kemudian
mengalami mual karena ngebayangin anyirnya daging ayam. Akhirnya tidak
benar-benar ada ngidam deh.
Gambaran mengenai
perubahan tubuh terhadap kehamilan
Perubahan yang saya alami bukan sekedar tentang makanan,
mual dan muntah saja. Ternyata tubuh saya pun berubah. Contohnya payudara saya
semakin besar, bayangkan saja bra sebelum hamil saya sekarang sudah tidak lagi
nyaman digunakan. Di kehamilan 8 minggu saya harus membeli bra baru dengan
ukuran dua nomor lebih besar karena menurut artikel kehamilan pembesaran ukuran
payudara ini akan terus berlanjut hingga proses menyusui dan tidak ada proses
“kembali ke bentuk semula”.
Perubahan payudara ini tidak berhubungan dengan berat badan
ya, karena selama hamil ini berat badan saya justru menurun karena hebatnya
mual dan muntah yang saya alami. Nah, perubahan payudara ini tidak pernah
diceritakan oleh guru, dosen dan pengalaman teman-teman saya yang sudah lebih
dulu hamil. Ketika saya mengalami ini saya jujur saja kaget banget. Sejak
itulah saya juga mulai tidak percaya dengan proses melahirkan yang katanya
“mudah”.
Jujur di awal perubahan tubuh ini saya sempet feeling blue dan ini menurut saya sangat
wajar karena ibu hamil mengalami mood
swing, hal kecil aja bisa bikin mewek. Nah, semenjak gadis kan saya ini
memperhatikan banget bentuk tubuh, saya gak mau kalo tubuh saya punya lemak
yang “bergelambir” atau pahanya “bergoyang” berlebihan ketika saya jalan atau
lengan saya yang “berkipas” karena lemak dan kulitnya kendor. Tubuh saya secara
otomatis akan menolak makan kalau saya udah mendekati ciri tubuh yang saya
sebutkan sebelumnya. Lagipula saya ini menikmati jalan kaki, makanya meskipun
berat badan mah naik turun bentuk tubuh mah gitu-gitu aja, padat berisi tanpa
gelambir lemak. Ketika kehamilan datang dan saya gak tau kalo perubahan tubuh
saya langsung dimulai ketika embrio menempel di rahim, jujur aja jujur banget
saya ini langsung sedih membayangkan tubuh saya membesar tanpa boleh saya
kontrol. Saya harus membiarkan tubuh saya menimbun lemak-lemak tanpa boleh saya
kurangi makannya apalagi dikurangi jumlah lemaknya.
Saya kan punya 3 adik perempuan, pas pertama hamil dan liat
badan mereka, saya langsung inget beberapa minggu lalu saya masih heureuy sama
mereka siapa yang perutnya paling rata, siapa yang pinggangnya paling kecil dan
pahanya paling berisi. Dan setelah saya tau kalo saya sedang hamil ya selesai, bye bye flat tummy. Tapi hal ini Cuma
berlangsung beberapa jam, kemudian dilanjut lagi dengan saya yang gak sabar
pengen si baby cepat besar, perut saya cepat menonjol dan merasakan pergerakan
si baby. See, just a mood swing. Nah, kalo kamu merasakan perasaan yang sedang
saya rasakan, don’t be afraid to tell
someone you trust about it, ini sangat normal. Tapi kalo berlanjut lama,
baiknya kamu ngobrol sama orang yang lebih berpengalaman semisal dokter. Jangan
pernah takut untuk bicara jujur tentang apa yang kamu rasakan dalam kehamilan.
Ini tubuhmu, bayimu, kamu berhak merasakan apapun.
Transfer keluhan
kehamilan ke suami
Nah, ada yang bilang sama saya kalo keluhan kehamilan itu
bisa ditransfer ke suami. Caranya adalah dengan menginjak jempol kaki si suami
kemudian mempertemukan lutut kita dengan lutut suami, tapi suami jangan sampai
ngeuh, nah nanti keluhan kehamilan kita bakal ditransfer ke suami. Tapi saya
sih gak percaya ya dan saya juga gak berusaha mentransferkan keluhan kehamilan
saya ke suami. Soalnya setelah dipikir-pikir kehamilan kan terjadinya sekali
seumur hidup bersama dengan bayi kita ini, kalo nanti ditransfer apa gak kita
sendiri sebagai ibu yang rugi melewatkan momen kebersamaan yang Cuma beberapa
bulan ini? Pertimbangan lain adalah suami saya udah kurus, makannya sih banyak
tapi agak pilih-pilih, kalo ditambah keluhan kehamilan nanti jadi tengkorak
beneran dia, kan kasian. Tanpa ditransfer, suami saya juga udah mengalami
mual-mual, muntah, masuk angin dan sebagainya kayak ciri orang lagi hamil. Saya
aja kasian liatnya, padahal gak saya transferin, tapi mungkin ada kontak batin
kali ya antara baby Kiu sama bapaknya.
Perubahan dalam kehamilan itu sebenernya banyak banget,
karena ya namanya juga mau punya anak ya. Tulisan ini ditulis gak sekaligus
jadi ya, pelan-pelan banget karena saya gak kuat lama-lama liatin hape atau
layar laptop, mabok bawaannya. Makanya kehamilan ini agak kurang produktif
karena saya Cuma bisa ngerjain pekerjaan rumah itupun mesti alon-alon, gak bisa
gesit-gesit soalnya kalo gesit nanti mual. Hehehe. Perubahan-perubahan dalam
kehamilan ini saya tulis berdasarkan rangkuman hal yang saya alami dari tau
hamil di usia 3-4 minggu sampai kehamilan 15 minggu. Next bakal saya share lagi
tentang yang perubahan di trimester kedua ya.
Comments
Post a Comment