Candi Plaosan, Mahar Perkawinan Hindu-Budha

Saya dan Aang memiliki ketertarikan pada candi-candi. Aang paling suka mengagumi keindahan relief-relief dan patung-patung yang ada di Candi, kalau saya suka memperhatikan detail relief sambil mengidentifikasi hewan atau tumbuhan yang dipahat di dinding-dinding candi. Nah, saya sudah beberapa kali ke Jogja. Setiap kali ke Jogja saya selalu tidak sempat mendatangi candi-candi selain Candi Prambanan dan Borobudur. Kali ini, tujuan saya ke Jogja adalah khusus mendatangi candi-candi yang belum pernah didatangi, salah satunya adalah Candi Plaosan.



Candi Plaosan berada di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini juga lokasinya dekat dengan Candi Prambanan (Candi Sewu). Candi ini dibangun pada abad ke-9 pada jaman Kerajaan Mataram Kuno oleh Raja Rakai Pikatan dan merupakan hadiah pernikahan untuk istrinya yaitu Sri Kahulunan. Candi Plaosan dibangun dengan gaya arsitektur perpaduan antara Hindu dan Buddha. Candi Plaosan dibagi menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.


Candi Plaosan Lor memiliki dua candi utama. Salah satu candi menggambarkan Candi Wanita atau Candi milik Sri Kahulunan. Di dalamnya terdapat relief yang menggambarkan tokoh-tokoh wanita. Candi lainnya menggambarkan Candi Pria atau Candi milik Raja Rakai Pikatan. Masing-masing Candi memiliki arca budhis dan arca Dhyani Boddhisatwa. Menurut saya yang menarik dari Candi Plaosan adalah pada masing-masing Candi utama terdapat relief wajah Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan yang menangkupkan tangannya di bagian dada sembari "menatap" arca budhis yang memiliki makna bahwa mereka memohon berkat kepada Tuhan.


Pada dinding-dinding Candi Plaosan Lor banyak ditemukan relief bunga-bungaan, salah satunya yang paling mudah untuk diidentifikasi adalah bunga mawar. Selain itu, ada juga relief burung merpati yang merupakan simbol pernikahan. Dan relief itu semakin menunjukkan bahwa Candi Plaosan memang dibuat untuk hadiah pernikahan. Nah, salah satu mitos yang sengaja dikembangkan adalah kalau pengunjung yang jomblo datang ke Candi Plaosan, insyaAllah segera mendapatkan jodoh, nah kalau yang punya pasangan semoga cepat menikah, yang sudah menikah semoga cepat diberikan momongan, yang sudah punya momongan semoga diberikan keluarga yang rukun. Saya bukan orang yang percaya dengan hal-hal yang seperti itu, tapi kalau doanya baik ya tentu saya suka.





Candi Plaosan Kidul sepertinya kurang diminati karena ternyata belum ada candi induknya. Tapi disana terdapat beberapa candi dan stupa perwara. Berdasarkan cerita dari penjaga Candi Plaosan, di Candi Plaosan ini ditemukan prasasti yang terbuat dari emas dan sekarang berada di Monas (Monumen Nasional) Jakarta. Saya sempat penasaran dengan keberadaan kepala-kepala arca yang menghilang atau seperti patung-patung yang "tidak kunjung ditemukan", nah menurut salah satu penjaga Candi Plaosan, patung-patung itu "diboyong" ke Belanda. Alasan pemboyongan arca-arca itu sederhana sekali, Candi Plaosan ditemukan pertama kali oleh orang Belanda dan saat itu Indonesia belum menjadi negara merdeka. Lalu ketika Indonesia sudah merdeka, apakah "barang jarahan" mereka itu dikembalikan kepada "empunya"? Oh tentu saja tidak, empunya dianggap penemunya.






Karcis masuk menuju Candi Plaosan sebesar lima ribu rupiah, disana terdapat tempat parkir untuk motor dan mobil. Banyak juga penjual oleh-oleh, makanan dan minuman. Para penjaga di Candi Plaosan juga akan dengan sukarela menjelaskan mengenai sejarah candi tersebut dan membantu mengambilkan foto dengan "ucapan terimakasih" berjumlah seikhlasnya, tapi saat itu saya memberikan sepuluh ribu rupiah. Biaya parkir untuk motor juga tidak mahal, standar saja dua ribu rupiah. Saya paling sebel kalau di tempat wisata tiba-tiba dimintai parkir lebih dari dua ribu rupiah untuk motor, nah di Candi Plaosan biaya parkirnya standar.


Nah, tunggu cerita selanjutnya ya tentang jalan-jalan di Jogja dengan tema "eksplor candi yang belum pernah dikunjungi". 

Comments